Detail
Nama | SILAT BEKSI | |
---|---|---|
Jumlah perguruan | 0 |
SILAT BEKSI
Beksi berasal dari bahasa Cina, Bie Sie. Bie artinya pertahanan dan Sie artinya empat. Maknanya, pertahanan empat penjuru. Dalam lidah Betawi, akhirnya menjadi Beksi. Hasbullah sebagai pendiri aliran silat ini memberi makna baru dalam bentuk akronim menjadi Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan.
Meski aliran silat Beksi ini dikembangkan oleh turunan tionghoa, namun Silat Beksi ini tidak terdapat di negeri TIrai Bambu. Karena Silat Beksi ini berasal dari adaptasi sang pencipta terhadap budaya yang ada di Betawi saat itu.
Jurus-jurus pada beksi terkenal dengan pukulan serta tendangan yang keras, cepat, ringkas dan mengarah pada tempat-tempat yang mematikan pada tubuh lawan. Gerakan silat beksi cenderung menghentakkan kaki ke lantai, yang disebut Gedi serta gerakan tangan yang sangat cepat.
Oleh sebab itu dianjurkan untuk melotot dan tidak berkedip dalam melihat gerak lawan. Selain gerakan pada tangan maupun kaki, pelajaran senjata tajam juga diberikan, yaitu ilmu golok
Sejarah
Silat Beksi awalnya diciptakan oleh Lie Tjeng Hok, seorang petani Tionghoa peranakan yang menciptakan ilmu beladiri khas yang merupakan percampuran antara ilmu beladiri keluarganya dan ilmu-ilmu beladiri yang dipelajarinya dari guru-guru silat Betawi. Kakeknya, Lie A Djam, adalah seorang pendatang dari Amoi (sekarang Xiamen), Fukien, Tiongkok. Guru-guru Betawinya disebutkan bernama Ki Jidan dan Ki Miah (atau ada yang menyebut Ki Maimah). Ilmu beladiri campuran tersebut dinamakan Bhe Si, yang dalam bahasa Hokkian berarti 'kuda-kuda'.
Lie Tjeng Hok mengajarkan ilmu beladiri tersebut pada murid-muridnya, baik peranakan Tionghoa maupun kaum Betawi pesisir di sekitar tempat tinggalnya di Kampung Dadap, Kosambi, Tangerang. Salah seorang murid pribuminya yang paling berbakat adalah Ki Muharli (Marhali). Kemudian Ki Muharli mempunyai murid peranakan Betawi bernama H. Gozali (Godjalih) bin H. Gatong, yang kemudian mengajarkan ilmunya pada murid-muridnya di Petukangan, Jakarta Selatan, serta di Batujaya, Batuceper, Tangerang. Murid-murid utama H. Gozali antara lain Kong H. Hasbullah bin Misin, Kong M. Nur, Kong Simin, dan Kong Mandor Minggu, yang juga berguru pada Ki Muharli. Lie Djie Tong dan penerusnya antara lain adalah yang meneruskan mengajarkan aliran ini di Kampung Dadap. Dari tempat-tempat tersebut, kemudian silat aliran Beksi ini tersebar ke berbagai tempat lainnya.
Setidaknya terdapat 120 sanggar silat Beksi di wilayah Jabodetabek, yang mana pada tahun 2016 para anggota sanggar silat tersebut turut serta dalam Girli dan Beksi Village Festival 2016 di Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper, Tangerang