Nama | PPS PUTRA BETAWI | |
---|---|---|
Aliran |
|
|
Tahun Berdiri | 1972 | |
No. Telp | - | |
Alamat | - | |
Kelurahan | - | |
Kecamatan | - | |
Kota | - | |
Provinsi | - | |
Website | - |
PPS PUTRA BETAWI
Pencak silat merupakan kekayaan seni budaya bangsa yang penting artinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu adanya proses pelestarian demi memupuk kesadaran jatidiri bangsa. Gagasan membentuk wadah bagi silat aliran betawi muncul pada tahun 1972, yang bertujuan mempersatukan pesilat betawi ke dalam organisasi Persatuan Pencak Silat “Putra Betawi” pada tanggal 20 Januari 1972. Susunan Pengurus pada waktu itu antara lain, H. Sa’ali SH terpilih sebagai Ketua Umum, Satiri (Sahbandar) ketua I, Machmud Marzuki (PS. Putra Utama) ketua II dan H. Sumarmin (Macan Beatwi) Ketua III. Soekatma sebagai Sekretaris dan Sa’aman sendiri terpilih sebagai komisi teknik. Guru Besar yang mewakili Perguruan yang mendukung wadah ini berjumlah hingga 20 lebih perguruan silat betawi antara lain, PS. Putra Utama (Babe Oetama), PS. Putra Jakarta (Bang Sa’aman), PS. Sapu Jagat (Pak Endang Ms), PS. Sahbandar (TM Satiri), PS. Sutera Baja (Olive), PS. Mustika Kwitang (Zakaria), PS. Genta, PS. Sikak Mas, dan perguruan lainnya. Persatuan Pencak Silat “Putra betawi” pernah bersilaturahmi menghadap Presiden Suharto Pada tanggal 3 Januari 1973.
Perjalanan PPS. Putra Betawi yang merupakan organisasi yang memberikan wadah bagi perguruan / aliran silat betawi tidak selalu berjalan mulus, organisasi ini pernah vakum selama 10 tahun, dan pada tanggal 24 Mei 1986 dilakukan konsolidasi guna kemantapan organisasi untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan “PPS. Putra Betawi” oleh genarasi penetusnya, dan pada masa itu terpilih H. Daong Makmur Zulkarnaen sebagai pemimpin “PPS. Putra Betawi” pada masa itu.
Sejarah
Betawi memang terkenal dengan tokoh – tokoh persilatan hingga aliran jurus (maenan) yang digunakan seperti Cingkrik, Gie Sau, Beksi, kelabang Nyebrang dan merak ngigel, Naga ngerem dan masih banyak lainnya. Permainan silat Cingkrik dikenal dengan cukup khas sebagai silat betawi pada umumnya. Perkembangan silat cingkrik inipun telah membias ke pelosok-pelosok kampong betawi, sehingga aliran ini memiliki banyak turunannya (aliran). Salah satu turunan antara cingkrik dan cimande adalah aliran Cingkrik Goning, yang merupakan silat betawi warisan dari Engkong Goning yg merupakan pejuang dari wilayah kedoya. Ilmunya kemudian diturunkan kepada Bapak Usup Utay, yang kemudian menurunkan kepada mantunya yaitu Bapak Tb. Bambang, Silat cingkrik secara umum terbagi 2 yaitu Cingkrik Goning dan Cingkrik Sinan. Perbedaannya ialah Cingkrik Sinan menggunakan “ilmu kontak” sementara Cingkrik Goning hanya mengandalkan kelincahan fisik. “Silat ini selalu berusaha untuk masuk dan mengunci lawan, jadi tidak banyak berlama-lama bertukar pukulan atau tendangan.” Ujur Pak Bambang pada penulis saat melatih di Padepokan beberapa waktu lalu.
Keragaman aliran silat betawi turut diwarnai oleh latarbelakang silat dari daerah lain, seperti silat aliran Sahbandar, Kuntao (Cina) dan beberapa aliran silat dari Sunda. Proses Asimilasi mendapatkan nama aliran ataupun perkumpulan baru. Nampaknya ciri khas dan latarbelakang betawi tetap kuat mewarnai gerakan jurus-jurusnya. Seperti Mustika Kwitang yang berdiri Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, salah satu tokohnya adalah H Muhammad Djaelani, yang lebih dikenal dengan sebutan Mad Djaelani. Ilmu silat Mustika Kwitang, kini diwariskan pada cucunya, sekaligus muridnya, H Zakaria. Akulturasi Ilmu Silat dari Cina dengan betawi bukan hal yang aneh misalnya silat Beksi, atau bek (Pertahanan) dan Sie ( Empat) yang artinya pertahanan empat arah, Tiga pendekar Beksi ( H. Gozali, H. Hasbullah dan H. Nali) dan seorang cina bernama Ceng Ok, mengembangkannya di Betawi (Jakarta). Diperkiraan Aliran Beksi merupakan Silat Betawi yang paling luas penyebarannya di Jakarta saat ini.
Tidak ketinggalan silat yang datang dari daerah Nusantara contohnya aliran Silat Sahbandar yang dibawa oleh Mamak Sahbandar atau yang lebih dikenal dengan nama H.Mohamad Kosim (1766-1880) yang berasal dari Pagaruyungan, Sumatra Barat. Sebenarnya Sahbandar diperkenalkan di Cianjur namun ilmu beladiri ini berkembang pesat pula Betawi. H. Mohamad kosim wafat pada usia 114 yang dimakamkan di daerah wanayasa, Purwakarta. Silat Betawi pada umumnya menonjolkan permainan menggunakan serangan tangan dan kaki yang sangat cepat, sekitar tahun 1896 terdapat satu perkumpulan silat yang didirikan oleh M. Toha dan H. Odo yang bernama aliran Sin Lam Ba, aliran ini memperkenalkan Silat Tenaga Dalam dan Juga jurus-jurus silat pada umumnya, berkembang pesat di Jakarta hingga saat ini. Sebenarnya masih terdapat banyak aliran silat lainnya seperti silat Serak, dan Gerak Rasa yang juga cukup terkenal di Jakarta.
Setelah jaman kemerdekaan (1945) Jakarta menjadi tujuan Imigran dari seluruh Indonesia, menurut data bapeda pada tahun 1961 suku betawi mencakup kurang lebih 22.9 persen dari 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran Jakarta. Tidak mengherankan bila aliran-aliran silat betawi pun ada yang ikut tergusur yang dibawa oleh murid dari masing-masing aliran dan perkembangan pencak silat pun semakin semarak karena kesadaran dalam upaya mewariskan ilmu beladirinya secara turun menurun kepada keluarga, masyarakat setempat maupun di tempat lain.