Nama | R Achmad Boestami Barasoebrata | |
---|---|---|
Tanggal Lahir | 1939-12-04 | |
Perguruan | Perguruan Silat Nasional Perisai Putih | |
Posisi | founder | |
Pangkat | unknown |
R Achmad Boestami Barasoebrata
R Achmad Boestami Barasoebrata adalah anak ke 3 (dari 9 orang bersaudara) yang lahir pada tgl 4 Desember 1939, di Sumenep. Ayahnya bernama : R. MOHAMMAD AHMADIYAH SASTROSUBROTO Dan Ibunya bernama BARRATUTTAKIYAH.
Berawal dari tekadnya untuk mempelajari permainan pencak silat tangan kosong maka pada usianya sekitar 11 tahun beliau mengenal pencak silat dan mulai ikut berlatih, yaitu di kampung Kapanjin (di Sumenep – Madura) yang diasuh langsung oleh kakeknya. Kakeknya itu bernama K.H. Abdus Salam atau yang dikenal dengan sebutan Ki Lamet. Pencak silat tersebut ketika itu dikenal dengan sebutan : MANCAK KAPANJINAN atau Pencak Aliran Kapanjin.
Pada tahun 1953 (usianya skitar 14 tahun) beliau ikut pindah dengan orangtuanya ke kota Surabaya, beralamat di Jl.Kalibutuh no.27 B. Kemudian kegiatan belajar silatnya berlanjut dengan bimbingan pamannya (R.A.Tirtoadmojo) di Jl.Anjasmoro Surabaya, melalui gemblengan lebih keras dan pelajaran-pelajaran sangat berat terutama latihan-latihan fisik.
Pada tahun 1956, beliau masuk perkumpulan Judo di Surabaya bernama PERYUSA, dan memasuki pula perkumpulan Judo di Jl.Kapasari 115 Surabaya. Lalu beliau mengakhiri/ berhenti berlatih Yudo pada tahun 1963 dengan predikat “Dan II”. R Achmad Boestami Barasoebrata sempat juga belajar beladiri karate (pengajarnya bernama Djabari) atas perantara / fasilitas dari pamannya (Tirtoadmojo).
Pada suatu hari beliau diberi nasehat oleh pamannya (Tirtoadmojo) tentang berbagai hal berkenaan dengan ilmu pencak silat secara luas termasuk perlunya belajar kepada beberapa orang guru silat.
Lalu beliau mulai belajar kepada pendekar silat ternama seperti :
- Bpk. S. Darmohimardjo (Setia Hati Winongo / S.H.Winongo)
- Bpk. R. Abd. Rokim (dikenal sebutan pak Dulrokim)
- Bpk. Sutikno (guru silat aliran Cimande, murid dari kyai Achmad Sedayu).
Beliau sempat juga bergabung dengan perkumpulan silat SEHATI, yang waktu itu bertempat di Jl.Genteng kali 33 Surabaya, dengan pimpinannya Bpk. M. Ng. Winoto.
Pada tahun 1962, beliau sempat belajar ke perguruan silat “Persaudaraan SHT” melaui suatu proses persetujuan yang cukup panjang dan sangat berat (secara fisik dan batin). Kemudian beliau mulai berlatih dengan seorang pendekar Persaudaraan SHT yang bernama : Bpk. Darsono.
Hal ini berlangsung terus (disamping beliau sebagai pelatih di Perkumpulan silat SEHATI) hingga akhirnya pak Boestami harus memilih untuk meninggalkan Persaudaraan SHT, dan tetap bergabung dengan Perkumpulan silat SEHATI.
Pada bulan Februari 1962, beliau sempat bertugas di Irian Barat sebagai anggota tentara sukarelawan Trikora hingga kira-kira bulan Nopember 1962. Dalam tugas negara tersebut beliau sempat pula berguru kepada pendekar silat aliran BUGIS, yang bernama Daeng Lapaza. Kegiatan berguru ini dapat diselesaikannya sekitar 7 bulan.
Sepulang dari tugas negara tsb kemudian beliau melatih silat kembali, tetapi karena suatu hal maka tempatnya pindah ke Jl.Kawi no.25 dan pindah lagi ke gudang lapangan THOR. Lalu pindah lagi ke Mater Amabilis di Jl.Teratai Surabaya.
Beliau sempat juga membuka latihan di rumahnya, juga tempat latihan (bersifat privat) di jl.Simpang Pojok 15 Surabaya, serta latihan (SEHATI) di Tegalsari Surabaya.
Pada tahun 1964 , beliau pernah menjadi anggota Juri “pertandingan silat kembangan dan pasangan” untuk seluruh Kotamadya Surabaya diadakan di gedung bioskop THR. Beberapa anggota Dewan juri saat itu adalah :
- Bpk Dulrokim (R. Abd. Rokim)
- Bpk Winoto
- Bpk Mondo Satrio
- Bpk Boestami (beliau pendiri PSN.PP)
- Bpk Darmohimardjo
Pada tahun 1964 ini pula beliau juga aktif memberikan latihan bersifat privat, di tempat latihan khusus (di luar kegiatan latihan Perkumpulan silat SEHATI). Pelajaran yang diberikan tidak hanya ilmu pencak silat tetapi juga diajarkan pelajaran Judo/ Jiu jitsu, dan Karate (didampingi Bpk. Djabari).
Beberapa murid beliau saat itu di antaranya : Koesnan, Henry Soekandar, Marwi Sandik, Normansyah, Lian Gian Gie, Karyono, Himantoro, Roy Edward Kairupan, Rudy Jos, Cholig, Darsono. Beliau juga melatih di KOSEKHANNUD II di Kenjeran dan di DODIK PARLA Gunung Sari, kota Surabaya.
Pada tahun 1966, beliau membuka suatu tempat latihan di Balai RW kampung Kalibutuh Timur – Gang Lebar dengan peminat dari para pemuda setempat maupun pemuda dari luar kampung Kalibutuh. Di antara murid-murid beliau saat itu adalah Roy Edward Kaerupan, Himantoro, Karyono.
Kemudian pada pertengahan tahun 1966 datang menghadap pak Boestam salah seorang murid privat beliau, untuk minta agar beliau membentuk suatu wadah ilmu beladiri pencak silat yang mencakup keseluruhan unsur beladiri yang ada dengan tidak lepas dari induknya yang bernama Pencak Silat – yakni silat nasional. Beberapa siswa beliau sangat mendesak agar aktif kembali membina anak-anak didik yang sudah lama tidak berlatih, di antaranya : S.Himantoro dan F.X.Siswadi.
Akhirnya dengan segala pertimbangan yang matang (setelah beberapa hari) pak Boestam mencetuskan wadah baru itu dengan nama: Sekolah Beladiri Tanpa Senjata Yiusika Perisai Putih, yang berdiri dengan resmi pada tanggal 1 Januari 1967 berpusat di Surabaya.
Titik tolak perkembangannya dimulai dari ASEMJAJAR (di balai RW Asemjajar) atas bantuan Bpk. Kapten Soeparman. Saat itu orang-orang yang membantu pak Boestam diantaranya :
- Bpk. Himantoro
- Bpk. Herman Sugito
- Bpk. F.X.Siswadi (yang diperintah pak Boestam untuk membuat lambang Perisai Putih)
Pada tahun 1971 “Perguruan Silat Yiusika Perisai Putih” memasuki Ibukota Jakarta, di daerah Pasar Ikan – Jakarta Utara (dibawa dan diperkenalkan oleh S.Himantoro dan Joni Heru Riono), dengan Ketua Umumnya saat itu Bp. A.W.Maramis. Dan tempat latihan pertama Perisai Putih di Jakarta adalah bertempat di Komsekto 722 Penjaringan – Jakarta Utara (mulai tgl 16 Agustus 1971 , yang saat itu komandannya dipegang Bpk. AKBP Drs.Soetedjo).
Pada tahun 1973, Pak Boestami memberikan mandat kepada muridnya (bernama Slamet Mursidi) sebagai pelatih Kalimantan Timur, dengan ketua umumnya : Bp. Alif Bangsawan.
Pada tahun ini (1973) Perisai Putih telah tersebar ke wilayah Republik Indonesia, di antaranya di bawah ini dengan Ketua Umum sebagai berikut :
- Kalimantan Timur : Bpk. Alief Bangsawan
- Kalimantan Selatan : Bpk. Habib Marsudi
- Sumatra Utara : Bpk. Hasan Maksum
- Sulawesi Utara : Bpk. Untung Alkatiri
- Sulawesi Selatan : Bpk. Iskak Daeng Limpe
- Jawa Barat Bpk. Imam Saknu
- Jawa Tengah : Bpk. F.X. Siswadi
- DKI Jakarta : Bpk. A.W.Maramis
Perguruan silat ini yang awalnya bernama “Sekolah Beladiri Tanpa Senjata YIUSIKA PERISAI PUTIH” , lalu karena suatu hal (bersamaan adanya Kongres PB IPSI ke IV, tahun 1973) akhirnya namanya diubah menjadi : “Sekolah Beladiri Tanpa Senjata PERISAI PUTIH”. Kemudian setelah itu hingga sekarang, nama perguruan silat ini menjadi Perguruan Silat Nasional PERISAI PUTIH.
Pada tahun 1977, Perisai Putih meluas lagi ke daerah Banda Aceh dan sekitarnya, dengan Ketua Umum Bpk. Drs. Soewarno Candra.
Pada tahun 1981, Perisai Putih memberikan mandat kepada Bpk. Drs. Soekri Madjid untuk membuka cabang latihan di daerah Sulawesi Tenggara.
R. Achmad Boestami Barasoebrata wafat pada tanggal 27 Desember 1987 dan dimakamkan di Surabaya. Untuk kelestariannya, PSN Perisai Putih diwariskan kepada Dewan Pendekar yang saat ini diketuai oleh Dr. H. Icu Zukafril Datuak Bandaharo, dengan dibantu wakil ketua Drs. Denny Herawan, M.Pd., sekretaris Ir. H. Sudirman Yan, dan anggota Amir S. Harahap dan Alfian, M.H.