Detail
Nama | SERA | |
---|---|---|
Jumlah perguruan | 1 |
SERA
Sejarah pencak di Jawa Barat umumnya jarang memiliki dokumentasi tertulis yang akurat untuk memudahkan dalam menelusuri asal-muasal suatu aliran penca. Demikian pula dengan aliran Sera. Secara pasti kapan mulai aliran ini muncul dan berkembang masih diperdebatkan.
Namun diperkirakan berkembang di akhir abad ke-19 dengan pendirinnya bernama Abah Sera. Dari mana Abah Sera berasal itu pun tidak jelas. Ada yang mengatakan berasal dari Baduy, ada pula yang meyakini berasal dari daerah Bogor. Banyak versi mengenai sejarah aliran Sera.
Abah Sera mengembangkan ilmunya sesuai keadaan waktu itu. Ia bermukim hingga wafat dan dimakamkan di Tegal Harendong, Rumpin, Ciampea, Bogor. Abah Sera memiliki banyak murid yang kemudian mengajarkan lagi ilmu penca ini sehingga tersebar ke berbagai daerah, bahkan sampai mancanegara. Meski jurus-jurusnya tidak sama persis pada masing-masing jalur keilmuan, namun masih dapat terlihat benang merahnya. Prinsip dan ciri khas jurusnya masih tetap dipegang oleh setiap kelompok latihan Sera.
Sera umumnya memiliki karakter agresif. Jika diserang, maka sang pamenca menyambutnya dengan serangan balasan yang cepat dan beruntun, tidak memberikan kesempatan kepada lawan untuk kembali melakukan serangan susulan. Pada kelompok tertentu dikenal dengan prinsip cadu nakis, cadu katakis, artinya serangan lawan tidak ditangkis, akan tetapi dihindarkan dengan langkah, atau hanya dielakkan dengan memindahkan anggota badan yang diserang, kemudian seketika itu pula membalas dengan pukulan bertubi-tubi ke berbagai sasaran. Kaki juga berfungsi untuk menyerang anggota badan lawan bagian bawah.
Pada kelompok lain, selain masih dominan dengan teknik pukulan, dikenal pula teknik tendangan, patahan, maupun teknik bantingan. Bahkan ada pula teknik menggunakan berbagai jenis senjata.
Sejarah
Diperkirakan aliran Sera diciptakan oleh Abah Sera di akhir abad ke-19. Dari mana Abah Sera berasal itu pun beluam jelas. Ada yang mengatakan berasal dari Baduy, ada pula yang meyakini berasal dari daerah Bogor.
Salah satu versi yang diyakini di lingkungan Perguruan Pencak Silat Pancassera di Bogor menyatakan bahwa Abah Sera berasal dari Bogor dan berkelana dari suatu tempat ke tempat lain, dari seorang guru ke guru lain untuk mendalami ilmu beladiri. Dalam pengembaraannya Abah Sera sampai ke Aceh untuk berguru kepada Hj. Suriah binti Teuku Syamannur atau yang dikenal dengan panggilan Nyai Panjate. Di situ ia berguru bersama-sama dengan Bapak Lagoa yang berasal dari Bone, Sulawesi. Disebutkan pula ia berguru kepada Bah Yu Sak Liong, orang Mongol yang mahir dalam permainan kaki. Kemudian ia pun belajar ilmu toya dari orang Cina Shantung. Dari sekian gurunya tersebut kemudian ia meramunya menjadi satu sistem beladiri yang kini dikenal dengan nama Sera.
Pada awalnya, aliran Sera hanya berkembang di lingkungan keluarga secara tertutup. Namun secara perlahan ilmu penca ini akhirnya dapat dipelajari oleh murid di luar keluarga, bahkan dapat dipelajari oleh orang asing. Salah satu penca yang populer di Eropa dan Amerika Serikat adalah penca aliran Sera yang dibawa oleh keluarga de Vries yang mempelajari ilmu ini di Indonesia kemudian diajarkan di lingkungan keluarga di Belanda.
Dari Belanda kemudian penca Sera disebarkan di Amerika Serikat oleh de Thouars bersaudara: Victor, Paul, dan Willem. Di Amerika inilah kemudian penca Sera tumbuh dan berkembang dengan pesat. Menurut keyakinan mereka, jalur keilmuan Sera berasal dari Bapak Sera yang diyakini berasal dari Baduy, Banten. Kemudian ilmu Sera itu dilanjutkan oleh salah seorang muridnya bernama Mas Jut yang langsung mengajarkan ilmu penca ini kepada keluarga de Vries.
Masing-masing kelompok aliran Sera memiliki jalur keilmuan tersendiri, yang akhirnya membentuk perguruan-perguruan penca Sera, seperti Perguruan Pancassera di Bogor dari jalur Abah Ocid, Perguruan Sera Buhun di Bandung dari jalur Rd. Kanta Suryadarma, Perguruan Pusaka Sera di Anggacarang Bandung dari jalur Rd. Maosul, Perguruan Paksi Biru di Cibiru dari jalur Mama Kanta, dan Ulin Sera Garis Paksi di Jatihandap, Bandung, yang merupakan ramuan dari berbagai penca Sera.