Detail
Nama | SILAT SABENI | |
---|---|---|
Jumlah perguruan | 1 |
SILAT SABENI
Aliran Silat Sabeni memeiliki beberapa ciri khas, yakni posisi permainan yang rapat, gerakan tangan cepat dan luwes, serta sapuan kaki yang ditujukan untuk membanting lawan. Jurus-jurus silatnya lebih mengutamakan pada penyerangan, serta menunggu peluang terbukanya kelemahan lawan.
Berikut ini adalah nama jurus-jurus utama dalam Silat Sabeni (jalur Cing Mus), sbb.:
- Jalan Cara Cina
- Kelabang Nyebrang
- Empat Persegi
- Empat Kelima Pancer
- Sela Bumi
Setiap jurus tersebut memiliki banyak jurus pecahan hingga ratusan, beberapa namanya antara lain:
- Kotek
- Pulet
- Sikut
- Sangkolan
- Pulir
- Sendok
- Tubruk Kacip
- Jalan Kelabang
- Kelabang Muter
- Naga Ngerem
- Merak Ngigel
Seiring perkembangan Silat Sabeni, terdapat sedikit perbedaan penamaan, urutan, gerak, maupun aplikasi jurus-jurusnya, dalam berbagai perguruan yang mengajarkan aliran silat ini
Sejarah
Sabeni lahir tahun 1860 di daerah Kebon Pala, Tanah Abang. Ia belajar silat dari dua guru, yaitu H. Syuhud dan H. Ma'il, yang mana keduanya ahli beladiri silat Betawi yang berdiam di daerah Tanah Abang. Ilmu silat dari kedua gurunya kemudian digabungkannya menjadi aliran silat Sabeni.
Semasa penjajahan Belanda, Sabeni pernah bekerja menjadi kepala keamanan (Betawi: serean) tingkat kecamatan (Belanda: Onderdistrict). Menurut keterangan penerus aliran silat ini, Sabeni mulai dikenal ketika menang dalam pertandingan persahabatan melawan jagoan Kemayoran. Ia pernah menang melawan jago-jago Kuntau kiriman tuan tanah Belanda di Prinsen Park (sekarang Taman Lokasari, Mangga Besar), serta pada masa pendudukan Jepang juga menang melawan ahli-ahli beladiri Jepang dalam pertandingan yang diselenggarakan Pemerintahan Militer Jepang (Jepang: Gunseikanbu) di Jakarta. Selama masa perjuangan kemerdekaan, Sabeni dan murid-muridnya turut berperan serta dalam perlawanan fisik di Jakarta.
Pendekar Sabeni mengisi hari tuanya dengan melatih warga yang ingin belajar silat darinya. Ia mengajar maen pukulan ke hampir seluruh penjuru kota Jakarta hingga meninggal dunia dengan tenang dan didampingi oleh para murid dan anak-anaknya pada hari Jumat tanggal 15 Agustus 1945 atau tepatnya 2 hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dalam usia 85 tahun. Sabeni dimakamkan di Jalan Kubur Lama Tanah Abang yang kemudian atas upaya salah satu putranya yang bernama M. Ali Sabeni, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta jalan tersebut diganti namanya menjadi Jalan Sabeni. Saat ini makam Pendekar Sabeni telah dipindahkan ke TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat yang lokasinya berdekatan dengan makam almarhum M.H.Thamrin salah seorang tokoh Nasional yang juga berasal dari DKI Jakarta. Kini aliran silatnya diteruskan oleh para keturunan dan murid-muridnya. Pada 2016, setidaknya terdapat 6 perguruan atau sanggar silat yang mengembangkan aliran silat Sabeni di daerah Tanah Abang.